Kali ini saya ajak pembaca untuk membayangkan anda menempati rumah yang terdapat retak retak di dinding.
Apa yang anda rasa? Kawatir rumah anda tiba tiba ambruk. Mungkin anda memikirkan ketakutan ketakutan yang lain.
Apa yang akan anda lakukan? Memperbaiki retak itu, bukan?
Nah, ketika ada orang yang lebih ahli dalam bidang bangunan bersama anda, lalu melihat retak retak di dinding rumah anda, lalu dia berkata:
“Rumah bapak tidak akan ambruk”
Sekonyong konyong ketenangan, rasa aman mengalir di dalam diri anda.
Sekarang saya ajak pembaca untuk membayangkan anda sedang berada dalam pesawat terbang. Ini adalah pertama kali anda melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang. Pesawat terbang terguncang hebat akibat turbulensi udara.
Apa yang anda rasa? Kawatir, bukan? Jangan jangan pesawat terbang akan jatuh.
Apa yang anda lakukan? Berdoa kepada Tuhan yang maha esa, bukan?
Nah, ketika ada seorang pilot duduk disebelah anda berkata:
“Jangan takut, tenang saja. Pesawat ini tidak akan jatuh. Saya sudah sering alami guncangan yang lebih hebat seperti ini. Saya tahu persis, karena saya seorang pilot”.
Sekonyong konyong ketenangan, rasa aman mengalir di dalam diri anda, bukan?
Jadi, selayaknyalah kita sebagai manusia tidak perlu takut, karena disamping anda ada Tuhan yang berkata:
“Jangan takut”
Anjing binatang yang pintar dan menyenangkan, sehingga banyak orang senang memeliharanya. Hampir semua anak menyukai anjing, apalagi kalau anjing itu tidak terlalu besar dan lucu.
Anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi. Tingkat kecerdasan anjing bergantung pada ras dan masing-masing anjing. Ada anjing yang dapat mematuhi dan menjalankan berbagai macam perintah. Anjing ras lain mungkin tidak tertarik untuk menuruti perintah manusia, tapi lebih suka menunjukkan kepintaran dalam hal-hal lain seperti menggembalakan hewan ternak. Ada pula anjing yang senang dengan bola.
Anjing mempunyai naluri untuk patuh. Anjing yang sudah dilatih sebagai anjing penuntun bagi tuna netra (orang buta) dapat mengenali berbagai macam keadaan bahaya dan cara menghindar dari keadaan tersebut
Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain.
Anjing dikenal sebagai binatang yang setia dan binatang yang mengabdi kepada tuannya.Pemilik anjing sangat menghargai kesetiaan dan pengabdian anjing dan menganggapnya sebagai anggota keluarga sendiri. Anjing kesayangan bahkan sering sampai diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya.
Lucunya, kalau seseorang marah, sering mengatai orang dengan sebutan “anjing”. Kata “anjing” di dalam alkitab orang Nasrani berbahasa Indonesia terjemahan baru ditemukan dalam 46 ayat. Dalam beberapa ayat, kata “anjing” dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan yang rendah, contoh: Ayub 30:1, Amsal 26:11, Matius 7:6, Matius 15:26, Markus 7:27
Didalam kitab Matius 15:26 nabi Isa berkata: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Nabi Isa menganggap wanita Kanaan dianggap sama dengan seekor anjing. Namun wanita itu tidak marah. Nah …. Sekarang kalau ada teman kamu berkata: “Kamu seperti anjing!”, lalu kamu marah, itu bukan pikiran yang cerdas. Bandingkan dengan ejekan yang diterima oleh wanita Kanaan, bandingkan juga dengan ejekan dan hinaan yang diterima nabi Isa, contoh:
1. Barabas (orang hukuman) dibebaskan, tetapi nabi Isa ditangkap untuk disalib.
2. Nabi Isa diberi mahkota duri dan di ejek.
3. Nabi Isa diludahi oleh orang orang, kepala nabi Isa dipukul dan seterusnya.
Sikap nabi Isa ketika diejek adalah diam, tidak marah. Nah sudah sewajarlah kalau kalian berbuat serupa nabi Isa bukan? Jadi kalau temanmu mengejek kamu, menyakiti kamu, menghina kamu, meninggalkan kamu…Ingat penderitaan nabi Isa…. Kamu pasti bisa.
Beberapa waktu lalu saya makan siang di salah satu restaurant. Pada saat yang sama di sudut ruangan diselenggarakan pesta ulang tahun seorang anak.
Si pembawa acara menyampaikan teka teki, yaitu bagaimana membedakan gado gado yang pedas dan yang tidak.
Jawabannya lucu namun masuk akal, yaitu gado gado yang pedas karetnya dua, yang tidak pedas karetnya 1.
Iklan produk Kecap sering bahkan selalu menyatakan bahwa kwalitetnya nomor 1. Dalam suatu perlombaan, peserta lomba ingin menjadi juara 1. Menjadi nomor 1 nampaknya merupakan suatu tujuan.
Bagaimana dengan nomor 2? Nomor ini sekilas mempunyai arti lebih rendah dari nomor 1. Namun kalau diperhatikan, nomor dua mempunyai arti yang penting. Contoh:
1. Tuhan menciptakan nabi Adam dan nabi Hawa (2 orang).
2. Tuhan memerintahkan kepada nabi Nuh agar binatang yang masuk ke dalam
perahu besar adalah tiap jenis sepasang (2 ekor).
3. Sesorang baru bisa ditahan apabila ditemukan minimal 2 bukti yang cukup.
4. Suatu peristiwa dianggap sah bila terdapat minimal 2 orang saksi.
5. Dalam alkitab orang Nasrani terdapat ayat: “Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
6. Rel kereta api.
Sebelum ditemukan Monorail (Kereta Api yang menggunakan 1 rel). Kereta api di Indonesia menggunakan rel ganda ( 2 buah ). Dengan adanya kereta api, maka waktu tempuh dari kota ke kota menjadi lebih cepat dibanding dengan angkutan bus. Contoh: Jarak Jakarta Cirebon ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam, sedangkan bila menggunakan bus, ditempuh sekitar 5 jam, karena kepadatan jalan raya di pantai utara pulau Jawa..
Ada pesan yang bisa diperoleh dari cerita kereta api, yaitu bila kereta api tetap berada pada jalur yang benar, maka perjalanan akan lancar. Namun kalau kereta api keluar jalur (kata yang sering dipakai adalah: anjlog), maka bukan saja perjalanan kereta api itu sendiri yang tidak dapat diteruskan, namun perjalanan kereta api yang lainnya pun terganggu, tidak bisa melakukan perjalanan.
Bagaimana kereta api kehidupan anda? Apakah selalu on the track? Apakah kereta kehidupan anda anjlog, sehingga kereta kehidupan orang lainpun turut terhenti?
On the track bisa diartikan kehidupan yang membawa berkat buat orang lain, mempunyai pengaruh yang positip untuk orang lain. Kalau orang Nasrani berkata: “Apakah hidup dan sikapmu sudah menyerupai nabi Isa?”
Pada hari Sabtu, Jane menemani mama creambath di salon yang berada di Mall A. Sambil menunggu giliran di creambath, Jessica, mama Jane membaca majalah dan Jane, anak pertama duduk didekatnya, membaca buku yang dibawa dari rumah.
"Ma, bolehkah Jane ke toko sebelah, lihat lihat sepatu?" tanyanya.
"Boleh, hanya ke toko itu lho, jangan ke toko yang lain," jawab mama.
Beberapa menit kemudian, Jane datang dan berkata: "Ma, Jane ingin beli sepatu,boleh ya ma?" pinta Jane yang baru saja merayakan ulang tahun yang ke 10 beberapa hari lalu.
"Sepatu? Apakah kamu tidak suka dengan hadiah sepatu yang sedang kamu pakai?' tanya mama.
"Jane suka koq ma.....ehmm Jane mau beli sepatu yang model dan warnanya sama dengan sepatu ini, plisss ma....," jawab Jane sambil tersenyum.
"Lho...mama gak ngerti. koq gitu?" tanya mama sambil kepalanya dipijat oleh pelayan salon. "Mama gak mau belikan," tambahnya.
"Kalau mama gak mau belikan, Jane akan bayar dengan uang jajan Jane yang ditabung," jawab Jane dengan nada agak melawan.
"Terserah, mama gak akan kasih uang lho," jawab Jessica.
"Iya ma, ne punya uang koq," jawabnya sambil pergi ke toko sepatu itu.
Jane membayar sepatu itu dengan uang jajan yang disisihkan sebesar Rp 6.000,- per hari. Dia hanya memakai Rp 4.000,- untuk beli minuman dan snack kesukaannya di kantin sekolah. Kadang kadang Jane tidak membelanjakan uangnya karena kenyang memakan rangsum yang dibawa dari rumah.
"Jane, siapa yang ajari kamu membeli barang yang sama seperti ini? Ini perbuatan yang kurang bijaksana!. Dari mana kamu mendapatkan uang ini" jawab mama mulai emosi setelah Jane memperlihatkan sepatu yang dibeli memakai uangnya sendiri.
Namun karena banyak orang disekelilingnya, emosi mama menurun, katanya: "Jane, mama tidak akan marah dan mama akan belikan sepatu untuk kamu, asalkan kamu membeli sepatu dengan model dan warna yang lain."
"Ma, maafkan Jane. Sebenarnya Jane sudah 2 minggu mempunyai rencana ini. Jane ingin kasih sepatu ini untuk Nur, keponakannya mba Atun yang sedang berlibur di Jakarta. Sepatu Nur sudah robek. Kata tante Ruth, teman mama, hari Natal diperingati sebagai hari lahirnya nabi Isa, walaupun nabi Isa tidak lahir tepat pada tanggal 25 Desember. Sudah sepantasnyalah kita memberi hadiah kepada yang berulang tahun, ya kan ma?. Nah tante Ruth, kan sering cerita, kalau memberi kepada sesama manusia yang membutuhkan, berarti = memberi kepada Tuhan," jawab Jane agak ketakutan. Mba Atun adalah pembantu dirumah Jane.
Duarr... mama Jane tersentak mendengar jawaban Jane yang polos. Tenggorokannya terasa tercekik menahan haru. "Mari nak... mama peluk kamu."
Tadi pagi Handphone saya berbunyi……
“Halo, apakah ini si Anu?” tanya seseorang, terdengar di Handphone saya. Dia sebut nama kecil saya. Hanya orang orang tertentu yang mengetahui.
“Ya, saya. Siapa ini?” jawab saya sambil mencoba menebak.
“He he he….. Ini Kacung,” jawabnya sambil tertawa.
“Oh…ada kabar apa?” tanya saya agak penasaran. Terakhir saya ketemu dia beberapa bulan yang lalu ketika pemakaman ibunya.
“Dua bulan lagi saya mau ‘mantu’ nih, datang ya,” pinta si Kacung, sepupu saya. Ayahnya adalah adik ibu saya. Umur Kacung sekitar 10 tahun lebih tua dari saya.
“Si Eva mau merit,” katanya lagi.
Agar undangan bisa sampai ke tangan saya, maka dia menanyakan alamat rumah saya serta alamat rumah adik dan keponakan saya. Mungkin karena saya lebih “familiar”, maka si Kacung lebih nyaman bertanya kepada saya.
“Dengan senang hati, Insya Allah saya datang,” jawab saya.
“Ah, nama yang lucu,” kata saya dalam hati setelah pembicaraan melalui Handphone selesai. Arti kata "Kacung" adalah pembantu laki laki. Sampai saat ini saya masih tidak mengerti, mengapa dia diberi nama itu. Apalah arti sebuah nama, kata pepatah.
Kacung setelah lulus Sekolah Menengah Atas. Karena tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, si Kacung membantu usaha toko obat, milik orangtuanya .
Akhirnya dia menikah dan membuka toko Onderdil. Dia paling tidak suka bicara agama, walaupun di KTP tertulis: Katolik. Dia tidak pernah pergi ibadah. Itulah informasi terakhir yang saya ketahui tentang dia.
Beberapa tahun kemudian, saya mendengar dia menjadi pemeluk agama nasrani yang saleh. Itu dibuktikan dengan tidak ikut melakukan prosesi sesuai adat istiadat keluarga ketika pemakaman ibunya . Tingkah laku dan tutur katanyapun berubah. Kacung yang sekarang berbeda dengan Kacung dahulu.
Ternyata menilai orang dari masa lampaunya saja, kita akan keliru. Apalagi kalau menilai orang dari namanya, sangat tidak bijaksana. Begitu pula jangan cepat menilai atau “ngomongin” orang dari penampilan.
Saya teringat Susan Boyle, 48 tahun. Dia mengikuti acara lomba penyanyi idola di Inggris. Penonton dan juri memandang “sebelah mata”. Namun ketika dia menyanyi, hampir semua orang terpukau. Tgl 23 Nopember 2008, album rekaman perdananya beredar dan merupakan album terlaris di toko Amazon. Sebelum terbit, albumnya sudah dipesan sebanyak 10.000 buah.
Inilah penggalan lirik lagu yang dia nyanyikan ketika mengikuti lomba menyanyi:
I Dreamed A Dream
"Wild Horses"
"I Dreamed A Dream"
"Cry Me A River"
"How Great Thou Art"
"You'll See"
"Daydream Believer"
"Up To The Mountain"
"Amazing Grace"
"Who I Was Born To Be"
"Proud"
"The End Of The World"
"Silent"
Kita harus hati hati dengan mulut atau lidah kita. Maksud saya, harus hati2 dengan ucapan. Orang yang beragama nasrani berkata sbb:
“Tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah, manusia memuji Tuhannya, dan dengan lidah, manusia mengutuk manusia. Dari mulut yang sama keluar berkat dan kutuk.”
Hebat sekali dampak yang diucapkan sebuah lidah, bukan? Untunglah Tuhan yang maha esa hanya menciptakan satu mulut dengan satu lidah saja, sedangkan Tuhan menciptakan mata, telinga, lubang hidung masing masing dua buah……… Nampaknya Tuhan mau agar manusia sedikit bicara, tapi banyak melihat (pakai mata), banyak mendengar (pakai telinga) dan banyak merasakan ( hidung ). Peace lagi deh…………..
Pernah dengar ikan Capelin?, atau Shishamo dalam bahasa Jepang?. Panjang ikan ini maksimal sejengkal orang dewasa. Ikan ini hidup di laut, banyak ditemukan di pantai Newfoundland, Canada. Bentuknya tidak istimewa, warnanya perak seperti ikan lain. Hal pertama yang membuat saya tertarik, adalah harga yang relatif mahal.
“Berapa harga 1 kg ikan ini?” Tanya saya kepada Sales Promotion Girl di Supermarket M di kawasan Jakarta Barat.
“Harga ikan ini Rp 70.000,- per kg,” Jawabnya sambil tersenyum.
“Saya beli ½ kg,” Saya jawab singkat.
“Terima kasih. Pak, ikan ini berisi telur dari ujung kepala sampai ekor,” Katanya. Saya tambah penasaran.
Di rumah, saya potong badan ikan itu mulai dari kepala sampai ekor. Ternyata benar. Hampir semua bagian ikan terdiri dari telur. Ini adalah hal ke dua yang membuat saya tertarik. ( lihat foto 1 ).
Suatu hari saya masuk supermarket kecil bernama P di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang menyediakan bermacam-macam kebutuhan untuk orang Jepang. Disini ikan Capelin dijual dengan harga Rp 250.000,- per kg, 3x lipat dari Supermarket M. Harga yang wajar bagi warga Jepang. Orang Jepang menyebutnya Shishamo, bukan iklan Capelin. Hal ke tiga yang membuat saya tertarik dengan ikan ini adalah harganya.
Hal ke empat yang membuat saya tertarik adalah “Pengorbanannya”. Bila musim bertelur, ikan Capelin betina akan menuju pasir pantai dalam jumlah yang sangat banyak ( lihat foto 2 ). Telur itu akan menetas menjadi anak ikan Capelin. Setelah bertelur, hanya sebagian kecil dari ikan Capelin betina yang hidup. Luar biasa pengorbanan ikan ini.
Saya teringat orang tua saya yang mengandung, melahirkan, membesarkan, menyekolahkan, menjaga dengan sukarela. Nyawa seorang ibu kadang kadang dipertaruhkan demi anak tercinta.
Sayapun teringat dengan cerita nabi Isa di kitab orang Nasrani yang mengatakan bahwa nabi Isa rela wafat untuk menebus dosa umat Nya. Sungguh dahsyat!.
Dalam kitab orang Kristen, Matius 5:39, nabi Isa berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.
Menurut Clarke Commentary, Arti ayat tersebut: Biarkanlah Tuhan yang menghakimi.
Menurut Barnes Commentary, arti ayat tersebut: Tuhan menolak hukum “mata ganti mata” yang dianut oleh orang Yahudi.
Menurut Henry Commentary, Kita tidak disarankan melakukan pembalasan, namun sebaliknya murah hati dan dermawan.
Untuk melakukan perintah nabi Isa, tidak mudah dan tidak sulit. Beberapa petunjuk praktis untuk dapat melakukan hal diatas sbb:
1. Kalau seseorang mangatai anda “babi”, jangan tersinggung atau marah. Marah bukanlah respons yang cerdas. Yang anda lakukan adalah lihatlah telinga anda di cermin. Kalau telinga anda tidak sebesar telinga babi, berarti anda bukan babi. Beres.
2. Kalau anda disakiti secara jasmani, menurut nabi Isa, anda tidak perlu membalas, bahkan anda disarankan diam, seperti domba. Dalam kitab orang Kristen diajarkan juga agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Saran saya ( belum tentu benar lho ), seandainya anda adalah ular derik, maka anda tidak boleh melawan ( mengigit ), namun anda masih bisa mendesis. Dengan desis anda, siapa tau orang yang menyakiti anda lari. Atau anda yang lari seandainya desis anda tidak membuat orang itu takut. Mudah bukan?
3. Ada orang yang mempunyai kemampuan melihat “roh halus”, yaitu setan yang berbentuk menyeramkan. Bila anda mengalami hal tersebut, lambaikanlah tangan anda sambil berkata: “Halo”. Lalu setelah itu yang anda lakukan adalah lari, Mudah bukan?
4. Setiap orang hampir punya masalah. Kadang kadang masalah itu datang seperti film layar lebar, ketika anda sedang berdoa atau merenung. Cobalah ini: Biarkan “film” yang mengganggu perasaan anda itu muncul, lalu perlahan lahan, perkecil film tersebut menjadi sebesar TV, lalu perkecil lagi sebesar kotak korek api, sampai akhirnya lenyap.
5. Senyumlah dalam menghadapi segala sesuatu. Seandainya anda menyerempet kendaraan orang, lalu orang tersebut marah, jangan balas dengan kemarahan. Tersenyumlah, katakan minta maaf, kerusakan akan anda perbaiki. Maka kemarahan orang tersebut akan “lumer".
Saya teringat kisah nyata tentang senyum dan tidak membalas kemarahan dengan kemarahan sbb:
Saat itu saya mahasiswa, kost di dekat kampus. Saya sekamar dengan teman yang berasal dari Padang, sebut saja Awi.
Di kamar lain, teman yang berasal dari Palembang ( sebut saja Biwa ), bertengkar dengan Awi. Biwa dengan emosi yang meluap luap menantang Awi untuk berkelahi satu lawan satu. Kata kata makian keluar dari mulut Biwa, namun Awi tidak meladeni, tenang, tidak berbicara sedikitpun. Mungkin juga takut ( hanya dia yang tahu ).
Selanjutnya yang terjadi adalah kami kerepotan menolong Biwa yang “kram”. Nampaknya emosi Biwa yang “dicuekin” oleh Awi membuat Biwa kesakitan karena tangan dan bagian tubuh lainnya “kram” atau kejang.
Awi dengan berjiwa besar membantu memijat bagian tubuh Biwa yang “kram” dan memberinya minum.
Anda ingin mengalami kram atau kejang, cobalah untuk marah…….