Pernah dengar ikan Capelin?, atau Shishamo dalam bahasa Jepang?. Panjang ikan ini maksimal sejengkal orang dewasa. Ikan ini hidup di laut, banyak ditemukan di pantai Newfoundland, Canada. Bentuknya tidak istimewa, warnanya perak seperti ikan lain. Hal pertama yang membuat saya tertarik, adalah harga yang relatif mahal.
“Berapa harga 1 kg ikan ini?” Tanya saya kepada Sales Promotion Girl di Supermarket M di kawasan Jakarta Barat.
“Harga ikan ini Rp 70.000,- per kg,” Jawabnya sambil tersenyum.
“Saya beli ½ kg,” Saya jawab singkat.
“Terima kasih. Pak, ikan ini berisi telur dari ujung kepala sampai ekor,” Katanya. Saya tambah penasaran.
Di rumah, saya potong badan ikan itu mulai dari kepala sampai ekor. Ternyata benar. Hampir semua bagian ikan terdiri dari telur. Ini adalah hal ke dua yang membuat saya tertarik. ( lihat foto 1 ).
Suatu hari saya masuk supermarket kecil bernama P di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang menyediakan bermacam-macam kebutuhan untuk orang Jepang. Disini ikan Capelin dijual dengan harga Rp 250.000,- per kg, 3x lipat dari Supermarket M. Harga yang wajar bagi warga Jepang. Orang Jepang menyebutnya Shishamo, bukan iklan Capelin. Hal ke tiga yang membuat saya tertarik dengan ikan ini adalah harganya.
Hal ke empat yang membuat saya tertarik adalah “Pengorbanannya”. Bila musim bertelur, ikan Capelin betina akan menuju pasir pantai dalam jumlah yang sangat banyak ( lihat foto 2 ). Telur itu akan menetas menjadi anak ikan Capelin. Setelah bertelur, hanya sebagian kecil dari ikan Capelin betina yang hidup. Luar biasa pengorbanan ikan ini.
Saya teringat orang tua saya yang mengandung, melahirkan, membesarkan, menyekolahkan, menjaga dengan sukarela. Nyawa seorang ibu kadang kadang dipertaruhkan demi anak tercinta.
Sayapun teringat dengan cerita nabi Isa di kitab orang Nasrani yang mengatakan bahwa nabi Isa rela wafat untuk menebus dosa umat Nya. Sungguh dahsyat!.
Dalam kitab orang Kristen, Matius 5:39, nabi Isa berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu”.
Menurut Clarke Commentary, Arti ayat tersebut: Biarkanlah Tuhan yang menghakimi.
Menurut Barnes Commentary, arti ayat tersebut: Tuhan menolak hukum “mata ganti mata” yang dianut oleh orang Yahudi.
Menurut Henry Commentary, Kita tidak disarankan melakukan pembalasan, namun sebaliknya murah hati dan dermawan.
Untuk melakukan perintah nabi Isa, tidak mudah dan tidak sulit. Beberapa petunjuk praktis untuk dapat melakukan hal diatas sbb:
1. Kalau seseorang mangatai anda “babi”, jangan tersinggung atau marah. Marah bukanlah respons yang cerdas. Yang anda lakukan adalah lihatlah telinga anda di cermin. Kalau telinga anda tidak sebesar telinga babi, berarti anda bukan babi. Beres.
2. Kalau anda disakiti secara jasmani, menurut nabi Isa, anda tidak perlu membalas, bahkan anda disarankan diam, seperti domba. Dalam kitab orang Kristen diajarkan juga agar cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Saran saya ( belum tentu benar lho ), seandainya anda adalah ular derik, maka anda tidak boleh melawan ( mengigit ), namun anda masih bisa mendesis. Dengan desis anda, siapa tau orang yang menyakiti anda lari. Atau anda yang lari seandainya desis anda tidak membuat orang itu takut. Mudah bukan?
3. Ada orang yang mempunyai kemampuan melihat “roh halus”, yaitu setan yang berbentuk menyeramkan. Bila anda mengalami hal tersebut, lambaikanlah tangan anda sambil berkata: “Halo”. Lalu setelah itu yang anda lakukan adalah lari, Mudah bukan?
4. Setiap orang hampir punya masalah. Kadang kadang masalah itu datang seperti film layar lebar, ketika anda sedang berdoa atau merenung. Cobalah ini: Biarkan “film” yang mengganggu perasaan anda itu muncul, lalu perlahan lahan, perkecil film tersebut menjadi sebesar TV, lalu perkecil lagi sebesar kotak korek api, sampai akhirnya lenyap.
5. Senyumlah dalam menghadapi segala sesuatu. Seandainya anda menyerempet kendaraan orang, lalu orang tersebut marah, jangan balas dengan kemarahan. Tersenyumlah, katakan minta maaf, kerusakan akan anda perbaiki. Maka kemarahan orang tersebut akan “lumer".
Saya teringat kisah nyata tentang senyum dan tidak membalas kemarahan dengan kemarahan sbb:
Saat itu saya mahasiswa, kost di dekat kampus. Saya sekamar dengan teman yang berasal dari Padang, sebut saja Awi.
Di kamar lain, teman yang berasal dari Palembang ( sebut saja Biwa ), bertengkar dengan Awi. Biwa dengan emosi yang meluap luap menantang Awi untuk berkelahi satu lawan satu. Kata kata makian keluar dari mulut Biwa, namun Awi tidak meladeni, tenang, tidak berbicara sedikitpun. Mungkin juga takut ( hanya dia yang tahu ).
Selanjutnya yang terjadi adalah kami kerepotan menolong Biwa yang “kram”. Nampaknya emosi Biwa yang “dicuekin” oleh Awi membuat Biwa kesakitan karena tangan dan bagian tubuh lainnya “kram” atau kejang.
Awi dengan berjiwa besar membantu memijat bagian tubuh Biwa yang “kram” dan memberinya minum.
Anda ingin mengalami kram atau kejang, cobalah untuk marah…….
Kadang kadang suami istri "bertengkar". Suami bingung dengan sikap istri yang tetap merasa kecewa, padahal suami sudah bekerja keras untuk mencari uang lebih banyak. Semakin "kaya" semakin hebat mereka bertengkar.
Ternyata seorang istri jadi lebih sadar akan apa yang tidak diperolehnya secara emosional. Uang tidak dapat memuaskan kebutuhan kebutuhan emosional. Istri merasa kurang didengarkan oleh suami. Suami lupa bahwa uang bukan segalanya.
Suami pikir dengan bekerja keras sampai larut malam, otak berkonsentrasi penuh terhadap pekerjaan akan membuat istri berbahagia.
Saya pernah dengar keluhan dari orang kaya sbb: "Saya bekerja untuk mendapatkan uang yang banyak, kedudukan yang terhormat. Motto saya, waktu adalah uang. Semua itu tercapai. Akhirnya saya sadar, ternyata hidup saya seperti menunggang seekor macan. Saya gagah berada diatas macan, namun saya tidak bisa turun. Kalau saya turun, maka macan akan memakan saya. Itulah saya".
Orang kaya itu terperangkap dengan uang, dengan kesibukannya. Hidupnya diatur oleh jadwal yang sangat padat. Mungkin dalam 1 hari harus menghadiri lebih dari 4 pertemuan rapat.
Sebagai manusia yang serupa dengan Penciptanya,kita memerlukan waktu untuk lari dari kesibukan.
Ketika saya berlibur dan menginap di hotel CM Nusa Dua Bali, hotel bintang 4, sekitar tahun 1990 an, saya menemukan hal yang unik yaitu di dalam kamar sengaja tidak disediakan pesawat TV ataupun Radio dan tidak disediakan koran. Hotel ini tersebar di berbagai negara. Ada yang berlokasi di pantai, adapula yang berlokasi di pegunungan bersalju.
Sehingga selama menginap, saya benar benar terputus dengan "dunia luar". Sepanjang hari saya hanya memakai kaos dan celana pendek pantai yang tidak menyerap air, jam tangan waterproof, sun block lotion diseluruh badan.
Makan pagi, siang, dan malam gratis. Untuk membeli minuman soft drink atau makanan kecil, saya menukarkan sejumlah uang di Lobi dengan manik manik plastik. Manik manik ini bisa dirangkai menjadi sebuah kalung atau gelang, tergantung dari berapa banyak uang yang kita tukar. Sepanjang hari itu saya terbebas dari dompet, telepon, berita berita di TV dan koran dll.
Saya bisa berenang di pantai, berenang di kolam renang, main kano, tenis, basket, volley, squash, selancar, belajar "driving" di rumput golf, belajar memanah, pijat tanpa plus plus, ataupun "do nothing" dengan duduk di tepi pantai, menikmati deburan ombak dan menikmati sunset.
Mungkin ini konsep yang tidak bertentangan dengan agama apapun, yaitu beristirahat, sebelum kita benar benar beristirahat selamanya ketika ajal tiba. Peace.
Kata Istirahat dalam bahasa Inggris adalah “rest”. Dalam bahasa Yunani adalah “Anapauo” , menurut kamus Thayer berarti:
1. Berhenti dari segala kegiatan atau pekerjaan, sehingga memperoleh kekuatan kembali, menjadi segar kembali.
2. Diam, tenang dan sabar.
Dalam alkitab orang Kristen di kitab Markus 6:31 : Lalu Ia (nabi Isa) berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.
Semua manusia perlu istirahat. Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segenap isinya, berhenti pada hari ke 7. Bisa dibaca di alkitab orang Kristen di kitab Kejadian 2:2
Berarti Tuhan menghargai istirahat, kita juga harus menghargai waktu untuk diri kita beristirahat. Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam, ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Yang tidak perlu dan tidak boleh berhenti adalah bernafas.
Ada beberapa tempat dan cara yang dipakai orang untuk beristirahat. Salah satunya adalah taman. Ada beberapa tipe orang dalam menyikapi berdiam diri untuk menikmati waktu istirahat di sebuah taman:
a. Ada yang duduk memandang taman sebentar, lalu otaknya berputar keras memikirkan pekerjaan di kantor, menghubungi teman temannya melalui Handphone.
b. Ada yang membaca buku kegemarannya.
c. Ada yang “do nothing”, hanya duduk, berdiam diri dan menikmati indahnya taman itu, memandang setiap pohon yang ada di taman tersebut.
Nah manakah dari ke 3 contoh diatas yang benar benar berhenti dari segala kegiatannya? Ya benar, jawabannya adalah item c.
Saya pernah berlibur dan menginap di hotel CM Nusa Dua, hotel bintang 4 pada tahun 1990 an. Hotel ini sengaja tidak menyediakan TV , radio dan koran di dalam kamar. Sehingga tamu benar benar bisa "rest".
Hampir semua mobil dalam balapan Formula 1, melakukan Pit Stop, berhenti untuk mengisi bahan bakar, mengganti ban, mememeriksa kondisi mobil.
Musuh yang dihadapi manusia berkaitan dengan istirahat adalah:
1. Terlalu sibuk bekerja.
Kemungkinan bisa saja penyakit yang kita alami mempunyai maksud supaya kita beristirahat. Pesawat terbang mengalami kecelakaan bisa disebabkan karena kelelahan logam dari badan pesawat tersebut (fatique).
2. Terlalu santai.
Kadang kadang kita berpikir, adalah hal yang baik bila bersantai sambil berdoa dan merenungankan kebaikan Tuhan. Namun kalau yg kita lakukan ini tidak mempunyai efek yang positip untuk orang disekitar kita, tidak berguna. Juga kalau kita tidak bekerja sama sekali, adalah suatu hal yang tidak baik. Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
Istirahat ada 2 macam:
a. Istirahat tubuh: tidur, liburan dll
b. Istirahat rohani: merenungkan, doa dan meditasi (mendengarkan apa yg Tuhan mau)
Selamat beristirahat
Seorang anak ingin tahu dan ingin mencoba bagaimana cara memerah susu sapi. Setelah mendekati seekor sapi, anak tersebut menarik kuat kuat ekor sapi tersebut. Karuan saja si sapi menjadi kaget dan meronta, sehingga kaki sapi tersebut menendang ember untuk menampung susu yang baru saja diperah. Maka tumpahlah susu tersebut ke lantai.
"Kamu bodoh!", kata ibu anak tersebut dengan geram.
Ketika seorang anak mencoret coret tembok untuk mengekspresikan daya khayalnya, kadang kadang kita temui orang tua yang "memarahi" anaknya dengan kata kata: "Kamu bodoh" atau "Kamu salah", "Kamu nakal".
Maksud orang tua itu baik, yaitu untuk mendidik anak agar menjadi "benar" (saya sengaja tidak memakai kata "baik"). Sebab orang baik belum tentu benar. Orang benar pasti baik. Dan kita tahu siapa sumber kebenaran itu. tak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Namun tanpa disadari, orang tua itu bukan membuat anaknya menjadi benar, malahan si anak kemungkinan besar akan menjadi seperti yang dikatakan oleh orang tua tsb diatas.
Kalau tujuannya ingin menegur anak agar menjadi benar, mungkin langkah ini yang lebih baik di ambil oleh orang tua:
1. Sadarilah bahwa bukan anak itu bodoh atau salah, namun perbuatan anak itu yang bodoh atau salah.
2. Katakanlah: "Kamu melakukan perbuatan yang salah / bodoh". Ini lebih terdengar mendidik. Sehingga si anak mengerti, dan berusaha mengingat dan berusaha tidak mengulangi lagi.